Untuk mendapatkan maklumat terkini, ikuti kami melalui Telegram
Langgan SekarangPada malam ganjil itu
ada sayup tangisan mendayu-rayu
bagai uzur suara nenda di dapur:
“Aku rela dibungkus jadi sedekah
buat sang gelandang
dari dikunyah-muntah tong sampah
dan digonggong longkang“
Namun, serak esak itu cuma dianggap
angin lalu – sekadar meniup sedar
ke pelupuk kantuk
tertidur didodoi perut empuk
hingga mengalir deras sungai liur
ke pinggir kasur
Sedu-sedan tangisan berterusan
hingga mengejutkan fajar, lalu tertanya:
“Siapakah gerangan tangisan?”
dari jauh, tangisan menjawab sayu:
“Maaf fajar, bukan niatku mengganggu
aku cuma mengenang nasib
sebagai saki-baki rezeki yang suci
dari juadah iftar
dibuang sang kenyang tersandar“.
Bibir fajar mengetap sabar
rupanya pada malam lailatulqadar
ada setempayan sisa haloba tercurah
ada sedulang berat tulang terhidang
meruncingkan lagi taring
dan tanduk saudara-saudara syaitan
yang tak dapat dibelenggu
dan digarikan.